Rabu, 20 April 2016

Jika Bukan Kau

Jika nantinya yang datang terlebih dahulu bukanlah dirimu dengan
keluarga besarmu, melainkan Malaikat Izrail . .
Tunggulah aku dalam ketaatanmu
Tetaplah simpan diriku dalam hati dan doamu hingga tiba saatmu
Pun demikian jika bukan aku yang akan kau temui,
melainkan Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang
Aku juga akan setia menunggumu dalam taatku
Menyimpanmu dalam hati dan doaku
hingga tiba saatku untuk menemuiNya dan juga menemuimu
Juga saat bagi kita untuk bersama
Bersama di keabadian yang sebenar-benarnya
Bersama di dalam Surga-Nya
Bersama kedua orangtua kita dan orang-orang yang kita sayangi

Hijrah Cinta

Setiap waktu Allah begitu baiknya melimpahkan kasih sayang,
hingga tiba saat kita mengetahui tentang hukum cinta yang dilarang.
Cinta yang berbalut dalam sebuah hubungan yang penuh kerugian.
Seketika pikiran dan hati menjadi berantakan,
apa yang telah kita perbuat selama ini adalah sebuah kerugian.
Bersyukur kita diberi kesempatan untuk mengetahui
tentang banyaknya khilaf dan kesalahan.
Semua belum terlambat untuk memperbaiki diri dan iman.
Sebuah kesempatan ini adalah bukti Allah cinta dan sayang.
Cinta ini harus segera kita hijrahkan,
memilih kehilangan cinta tanpa ikatan halal itu lebih nyaman.
Karena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan, usaha hamba-NYA yang sedang memperbaiki iman.
Kita hijrahkan cinta untuk Allah Ar- Rahman, karena jodoh pasti akan datang.
Entah kapan, itu sudah menjadi ketetapan Allah dalam menguji iman.
Bersabar dan terus istiqomah dalam setiap ujian dan perbaikan.
Maka hijrah cinta kita akan berbuah manisnya iman.
Dalam sebuah ketaatan, biar cinta kelak tumbuh dalam pernikahan.
Pasangan yang bersikap manis dan berparas tampan belum tentu kelak ia akan membawa kita pada pernikahan.
Bahkan ia yang rela berlutut menangis memohon tak ditinggalkan,
bisa lebih mudah terbalik hatinya untuk meninggalkan kita sendirian.
Hanya pernikahan bukti ia benar-benar sedang berjuang, tanpa pernikahan semua yang dilakukan hanya sebuah bualan.
Jangan biarkan hatimu ditaklukan, hanya dengan janji tanpa bukti dan kepastian. Mau sampai kapan? Bertahan pada cinta yang tak pasti dan terlarang.
Bahkan yang dalam hitungan jam akan menuju pelaminan, tak ada yang bisa memberi sebuah jaminan.
Hati ini mudah terbolak-balik dalam sebuah kehidupan, maka teguhkanlah hati dan iman bersandar dalam do’a dan keistiqomahan kepada Ar Rahman.

Dear Muslimah

Dear Muslimah,
Tak perlu merasa iri pada mereka yang digandrungi banyak lelaki . .

Karena sebanyak apapun lelaki di sekelilingnya,
kelak Ia tetap hanya akan memiliki satu orang suami saja

Jodoh itu datang bukan karena penggemarnya yang bejibun,

melainkan karena memang telah digariskan tuk menjadi teman di pelaminan

Tidak perlu khawatir jika saat ini tiada seorang pun melirikmu,

sebab jodohmu dan jodoh mereka telah tertera di lauh mahfuzh
tanpa seorang pun kuasa menukarnya

Tak perlu kau umbar kecantikanmu, kebaikanmu,

hanya agar kaum Adam mau melirikmu
Bersabarlah, biar calon imammu kelak menjadi satu-satunya pengagum dunia akhiratmu

Biar kecantikanmu, kelebihanmu utuh kau persembahkan

bagi jalan surgamu seorang, saat dimana ridho Allah Swt. ada pada ridho dirinya

Wallaahu a'lam

WANITA :-)

Betapa pentingnya sebuah kehormatan wanita.
Karena wanita adalah parameter kebaikan sebuah generasi . .

Jika baik wanita dalam sebuah generasi,
maka baik pula generasi tersebut.
Begitu pula jika buruk wanita dalam sebuah generasi maka buruk pula generasi tersebut.
..
Disebut juga wanita sholehah adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia.
Semakin berharga sesuatu hal maka harus semakin hati-hati jugapenjagaanya.

Apalagi jaman seperti sekarang, lebih sulit dalam penjagaan seorang wanita.
Banyak pengaruh pengaruh di era modern
yang dapat menjerumuskanya kehormatan sorang wanita.
..
Maka, engkaulah wahai ukhti…
engkaulah pengemban amanah pembangun generasi umat ini.

Jadilah engkau wanita muslimah yang sejati,
wanita yang senantiasa menjaga kehormatannya.
Yang menjunjung tinggi hak Rabb-nya.
Yang setia menjalankan sunnah rasul-Nya.

Senin, 08 Juni 2015

Dosa Dibalik Jilbab "Gaul" by Ust. Abu Rufaid Agus Suseno, Lc

Alhamdulillah, kesadaran memakai jilbab telah mulai tumbuh di kebanyakan wanita muslimah di tanah air kita. Memakai jilbab sudah bukan merupakan barang aneh atau terlarang di tempat kerja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan terbukanya era globalisasi, banyak sekali dari wanita muslim yang ingin berpakaian syar’i, mereka ingin memakai jilbab, tapi mereka juga ingin tampil modis dan cantik. Mereka memakai jilbab karena mengikuti trend atau agar terlihat “Islami”, terlihat lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan saja. Maka mereka pun lebih mementingkan faktor keindahannya, keanggunan dan gaya, TANPA MEMPEDULIKAN SUDAH BENAR ATAU BELUM JILBAB YANG DIGUNAKANNYA.
Tak pelak, kita dapatkan seorang wanita muslim mengenakan kerudung yang menutupi kepala dan rambutnya, namun berpakaian tipis dan transparan, atau ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya. Contohnya, kepala dibalut kerudung/jilbab, tapi berbaju atau berkaos ketat, bercelana jeans atau legging yang mencetak lekuk tubuhnya.
Fenomena inilah yang mulai menjamur dan membingungkan kebanyakan orang awam, sebagian mereka berkomentar “MASIH MENDING PAKAI JILBAB GAUL DARIPADA GAK PAKE SAMA SEKALI!!” Yang lain berkomentar, “LHO, INI KAN MASIH DALAM TAHAP BELAJAR?!”, “YANG UDAH PAKE JILBAB DIKOMENTARIN TERUS, TAPI GIMANA SAMA WANITA YANG PAKE BIKINI? KOK GAK DIKOMENTARIN?” Dan komentar lainnya yang terkesan benar, tapi sejatinya sangat-sangat jauh dari kebenaran. Karena seorang muslim dituntut untuk menjalankan agama secara kaffah (total dan sempurna).
BAGAIMANA ISLAM MEMANDANG HAL FENOMENA INI?
ADAKAH DOSA DIBALIK JILBAB GAUL?
Jikalau kita cermati, jilbab yang dipakai oleh wanita muslimah itu bermacam-macam. Bisa kita bagi secara umum menjadi 3 macam jilbab, yaitu:
- Jilbab besar,
- Jilbab biasa,
- Jilbab gaul atau jilbab “funky bin jilbab nyekek leher” saja
Simak penjelasannya satu-persatu
- Jilbab besar adalah jilbab syar’i, yaitu jilbab yang menutup seluruh aurat, tidak menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis, tidak ketat, tidak menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita kafir, tidak berparfum dan bukan termasuk pakaian syuhrah. Pakaian syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal (yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia & perhiasannya) maupun pakaian yang bernilai rendah (yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya’). (Imam Asy Syaukani dalam Nailul Athar II/94)
- Adapun jilbab biasa adalah sama dengan di atas, namun dengan ukuran yang sedang, tidak sebesar jilbab di atas. Hukum jilbab seperti ini adalah tidak mengapa, asal sifat-sifat yang ada pada jenis pertama (menutup seluruh aurat, tidak menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis, tidak ketat, tidak menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita kafir, tidak berparfum dan bukan termasuk pakaian syuhrah) masih bisa dipertahankan.
- Sedangkan jilbab gaul adalah jilbab yang lagi booming sekarang ini. Contoh-contohnya:
Ada yang memakai kerudung dengan bawahan rok yang hanya sebetis/ malah kain yang dipakai berbelah di depan (split), ada yang hanya mengikatkan kerudung pada kepala tanpa menutup dada, ada yang memakai bawahan hanya ngepas pada mata kaki dan tanpa kaos kai, ada juga yang memakai baju berlengan panjang hingga pergelangan tangan tanpa decker/kaos tangan, sehingga jika diangkat tangannya maka akan terlihat perhiasan yang ada di tangannya, ada yang pakai kerudung tapi untaian rambutnya lebih panjang daripada kerudungnya ada yang pakai kerudung “saringan tahu” karena saking tipisnya sehingga rambut dan ikat rambutnya terlihat jelas, ada yang pakai jilbab dengan corak warna yang mencolok sehingga bisa mencuri perhatian sekitar terutama laki-laki. Ada yang menghiasi jilbab dengan renda dan asesoris yang mencolok seperti bros, yang terakhir, ada yang jilbab “nyekek leher” lalu luarnya ditambah kerudung/kain yang berbeda warna dengan yang di dalam, yang terlihat seperti “Biarawati Nasrani” …wal iya dzubillah.
Bagi wanita muslimah yang memakai jilbab jenis ketiga ini, apakah bisa dikatakan sudah cukup dan lebih “mending” dan baik daripada yang tidak pakai sama sekali?
Jawabannya, justru bisa jadi wanita tersebut berdosa karena melanggar batasan-batasan syari’at tentang jilbab dan busana muslimah. Hal ini jika kita cermati, niscaya banyak sekali penyimpangan-penyimpangan dari jenis jilbab “gaul” ini, antara lain:
A. JILBAB GAUL TIDAK MENUTUP AURAT SECARA SEMPURNA (HANYA “MEMBUNGKUS” AURAT)
Aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Namun, banyak dari busana muslimah saat ini, tidak menutupi aurat secara keseluruhan. Masih ada saja celah-celah yang menampakkan aurat mereka. Di antara mereka masih ada yang menampakkan leher, lengan, tangan, kaki. Padahal jilbab syar’i adalah yang menutup aurat secara sempurna, kecuali muka dan telapak tangan saja.
Dari Abu Dawud, dari Aisyah berkata, bahwa Asma suatu kali mendatangi Rasulullah dengan mengenakan pakaian tipis lalu Rasulullah berkata kepadanya,”Wahai Asma’, wanita yang telah haid (maksudnya telah baligh), tidak boleh terlihat darinya kecuali ini, beliau mengisyaratkan ke mukanya dan telapak tangannya.” (HR.Abu Dawud no.4104)
B. JILBAB GAUL MENARIK PERHATIAN KAUM LELAKI
Di antara tujuan jilbab adalah melindungi diri dari godaan lelaki dan menghindar dari fitnah, namun jilbab gaul justru malah menarik perhatian kaum lelaki. Bagaimana mungkin jilbab justru menarik perhatian kaum lelaki? Hal ini disebabkan antara lain:
- Jilbab gaul berwarna warni dan dihiasi berbagai macam motif. Syaikh al Albani menegaskan, “Tujuan disyari’atkannya memakai jilbab adalah untuk menutup perhiasan wanita, maka tidak masuk akal jika seorang wanita muslim memakai jilbab yang penuh motif & hiasan”. (Jilbab Mar’ah Muslimah: 120)
Oleh karenanya, Allah berfirman,”Dan janganlah menampakkan perhiasannya” (QS.An Nur: 31). Keumuman ayat ini menunjukkan bahwa hiasan yang tidak boleh ditampakkan adalah mencakup pakaian itu sendiri jika dipenuhi oleh hiasan yang menarik perhatian kaum lelaki.
APAKAH BERARTI SEORANG WANITA MUSLIM HARUS MEMAKAI PAKAIAN HITAM?
Tidak juga, karena kriteria pakaian bagi muslimah adalah pakaian yang berwarna lazim atau familiar, tidak menjadi pusat perhatian. Sehingga, jika suatu daerah justru membenci warna hitam, maka tidak mengapa dia memilih pakaian berwarna terang seperti merah, hijau, dll jika termasuk pakaian yang lazim dipakai.
Ibrahim an Nakha’i suatu hari bersama Alqamah mendatangi para istri Nabi, mereka berdua mendapatkan istri para Nabi memakai pakaian berwarna merah. (Jilbab Mar’ah Muslimah: 122)
- Jilbab gaul tipis dan transparan
Menutup aurat tidak mungkin terwujud dengan pakaian tipis dan transparan, justru dengan pakaian tipis, akan menambah fitnah dan menjadi hiasan bagi kaum wanita. Karenanya Nabi ﷺ bersabda, ”Dua golongan dari ahli Neraka yang tidak pernah aku lihat: seseorang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepalanya bagai punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya,sekalipun ia bisa didapatkan sejauh perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim)
Ibnu Abdil Barr mengatakan,”Makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’ (berpakaian tapi telanjang) adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutup dengan sempurna). Mereka berpakaian, namun hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Mar’ah Muslimah: 125-126)
- Jilbab Gaul ketat, memakai jilbab itu bertujuan menghindari fitnah, dan hal ini tak mungkin terwujud dengan memakai pakaian ketat. Meskipun terkadang pakaian ini menutupi warna kulit, namun pakaian seperti ini menampakkan sebagian bahkan seluruh lekuk tubuh.
- Jilbab Gaul berparfum, padahal Nabi ﷺ menegaskan,”Tidaklah seorang wanita memakai minyak wangi lalu keluar melewati sebuah kaum supaya mereka mencium parfumnya, maka sesungguhnya wanita itu adalah pezina.” (HR.Ahmad)
- Jilbab Gaul menyerupai wanita-wanita kafir, karena biasanya jilbab gaul mengikuti mode yang sedang berkembang di dunia barat kemudian dipoles sedikit dengan nuansa Islami, belum lagi dengan model yang sedang nge- trend yang menyerupai biarawati nasrani..wal iya dzubillah
MENGAPA FENOMENA INI SEMAKIN MARAK DAN DIGANDRUNGI OLEH SEBAGIAN REMAJA PUTERI DAN WANITA MUSLIMAH?
Boleh jadi hal ini disebabkan pengetahuan mereka yang minim mengenai jilbab yang syar’i. Sehingga mereka hanya ikut-ikutan saja, sebab pemahaman keIslamannya masih minim. Atau mereka termakan berbagai propaganda musuh-musuh Islam yang ingin menggiring kaum muslimah keluar rumah dalam keadaan “telanjang” dengan alasan emansipasi, kesetaraan gender,dll. Propaganda lainnya yang menyebutkan bahwa jilbab hanya adat dan budaya negara Arab saja, dsb.
Bagaimana solusinya? Tentunya dengan menanamkan pendidikan Islam secara menyeluruh dan berkesinambungan kepada para generasi muda umat ini dimulai dari diri mereka sendiri.
Wallahu A’lam

Hijab dan Akhlak adalah Dua Hal Yang Berbeda

Sabda Rasulullah shallallahu ’alahi wassalam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ’Aisyah, (artinya) : ”Hai Asmaa! Sesungguhnya perempuan itu apabila telah dewasa/sampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.” 
Rasulullah Shallahllahu ’alaihi wassalam berkata sambil menunjukkan muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangan tangannya sendiri. 

Ringkasnya begini, sebagai seorang muslimah, jilbab itu hukumnya WAJIB. 
Tidak ada tawar-menawar dalam hal ini. Namun, terkadang jilbab dijadikan tolak ukur perilaku seseorang. ''Dia berjilbab, tapi kelakuannya buruk''. 
Pertanyaan saya, kenapa MENYALAHKAN jilbabnya?! toh memakai jilbab sudah menutupi rambutnya dari pandangan kaum adam. 
Bukankan itu sudah menjalankan satu kewajiban.

Jika ada seorang wanita berjilbab, tapi akhlaknya buruk. 
Berarti, wanita itu hanya sekedar 'mengetahui' belum 'memahami'. 
Kita tidak boleh menyalahkan jilbabnya, karna itu kewajiban, cukup pribadinya

Kesimpulan: Pakailah jilbabmu seraya tidak sekedar berniat untuk melakukan suatu hal yang wajib dari perintah Allah. Jangan kamu memakai jilbab hanya untuk fashion belaka, atau memakai jilbab untuk menutupi kejelekan sifatmu. 
Ikhlaslah memakai jilbab untuk kebaikan dirimu, dan jadikan Hijab sebagai kebutuhan mu, niscaya kelak kamu akan merasakan manfaat jilbabmu dan berubahlah akhlakmu.

HIJAB

Jika engkau berjilbab dan ada yang mempermasalahkan akhlaqmu, katakan pada mereka bahwa "Antara jilbab dan akhlaq adalah 2 hal yang berbeda". Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk wanita muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaqnya baik atau buruk, sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yang tergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa atau pelanggaran, itu bukan karna jilbabnya namun karna akhlaqnya. "Yang berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, namun yang berakhlaq mulia pasti berjilbab"

kata kata tersebut memang benar bukan berarti mendukung para wanita yang berjilbab untuk tidak berakhlaq mulia ya :D cuma sudah menjadi rahasia umum pemikiran manusia-manusia yang merasa dirinya sudah paling benar bahwa jikala melihat wanita yang berjilbab namun akhlaqnya kurang baik beranggapan wanita itu menggunakan jilbabnya untuk menutupi kelakuan buruknya.

ini salah satu dalil dalam Al-Qur'an yang memerintahkan wanita untuk berhijab

 ”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’.
 Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. 
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al Ahzab (33): 59] 

QS. An-Nur : 31

 ” Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki- laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” [QS.AnNur(24) : 31]